Sopan Santun Digital: Etika yang Sering Diabaikan di Internet




Di tengah aktivitas yang semakin berpindah ke ruang digital—mulai dari kerja, belajar, belanja, sampai hiburan—kita sering lupa bahwa internet juga punya aturan tidak tertulis. Kita mungkin sudah terbiasa dengan etika di dunia nyata, seperti antre, mengetuk pintu, atau berbicara sopan. Namun, ketika berpindah ke layar, banyak orang merasa bebas melakukan apa saja tanpa memikirkan efeknya. Padahal, perilaku digital yang baik bukan cuma soal “keren” atau tidak—tapi soal kenyamanan bersama, keamanan, dan bagaimana kita menjaga reputasi diri sendiri.

Di Pojok IT kali ini, kita bahas sopan santun digital yang sering diabaikan, tapi sangat menentukan sehat tidaknya ruang internet yang kita gunakan setiap hari.

1. Tidak Semua Orang Wajib Balas Cepat

Di era serba online, orang sering berekspektasi semua harus serba instan—termasuk balasan chat. Padahal, kehidupan orang tidak hanya berputar di layar. Ada pekerjaan, keluarga, urusan pribadi, atau sekadar waktu istirahat. Jadi kalau pesan tidak dibalas dalam hitungan menit, jangan langsung tersinggung. Internet seharusnya memudahkan hidup, bukan menambah tekanan.

2. Pikirkan Dulu Sebelum Kirim

Komentar pedas, bercanda berlebihan, atau sindiran halus sering dianggap “ah cuma teks”. Padahal dampaknya bisa besar. Mengetik di internet itu seperti berbicara di tempat umum: jejaknya bisa direkam, discreenshot, dikumpulkan, bahkan disalahartikan. Prinsip sederhana: kalau kita tidak nyaman mengatakan sesuatu di depan orangnya, maka jangan ketikkan di layar.

3. Privasi Bukan Mainan

Salah satu pelanggaran paling umum di dunia digital adalah soal privasi.
Contohnya:

  • upload foto teman tanpa izin,
  • screenshot obrolan lalu sebar ke grup lain,
  • meminta data pribadi tanpa jelas kegunaannya,
  • masuk grup baru langsung promosi jualan.

    Ingat, hal yang “kelihatannya kecil” bisa berdampak besar. Privasi digital itu hak, dan sopan santun berarti menghormatinya.

    4. Jangan Jadi Ahli Segala Hal

    Internet membuat semua orang mudah berpendapat. Bagus, tapi bukan berarti harus asal bicara. Komentar tanpa data, ikut-ikutan tren tanpa paham, atau membagikan informasi yang belum dicek bisa menimbulkan masalah. Sesekali berkata “saya belum tahu” itu jauh lebih bijak dan elegan daripada sok tahu.

    5. Perhatikan Nada dan Tanda Baca

    Tulisan itu bisa diartikan macam-macam.
    Misalnya:

    • HURUF KAPITAL = dianggap marah,
    • titik tiga… = dianggap sinis,
    • emoji salah tempat 😏 = bisa menyinggung,
    • balasan singkat “ok.” = bisa bikin salah paham.

    Kalau ragu, gunakan bahasa yang netral. Lebih jelas, lebih aman, lebih minim drama.

    6. Berdebat dengan Sehat

    Tidak apa-apa berbeda pendapat. Yang jadi masalah adalah ketika perbedaan berubah menjadi ejek-ejekan, serang pribadi, atau saling menjatuhkan. Internet bukan ajang duel mental. Kalau mulai emosi, istirahat sebentar, tarik napas, atau tutup aplikasinya. Terkadang, tidak menanggapi itu juga bentuk kedewasaan.

    7. Stop Spam — Serius, Stop!

    Spam itu bukan hanya tidak sopan, tapi juga mengganggu.
    Contoh:

    • kirim stiker bertubi-tubi dalam grup kerja,
    • broadcast permintaan vote, link, atau promosi ke 10 grup,
    • forward video panjang tanpa konteks.

    Bijaklah memilih apa yang perlu dibagikan dan kepada siapa. Ruang digital akan terasa lebih nyaman kalau semua orang sadar hal ini.

    8. Jaga Kebersihan Jejak Digital

    Jejak digital itu tidak hilang begitu saja. Komentar lama, unggahan penuh emosi, atau postingan yang “sekadar bercanda” bisa muncul lagi bertahun-tahun kemudian. Sopan santun digital juga soal menjaga diri sendiri.

    9. Kenali Batasan Emosi di Dunia Online

    Kadang orang melempar komentar kasar karena merasa “tidak terlihat”. Inilah fenomena disinhibition effect—seseorang cenderung lebih berani berkata tidak sopan ketika merasa aman di balik layar. Menyadari efek ini membantu kita tetap mengontrol diri dan tidak jadi bagian dari toxic behavior online.

     Penutup

    Internet memang luas dan bebas, tapi kebebasan itu akan terasa menyenangkan jika kita menggunakannya dengan tanggung jawab. Sopan santun digital bukan aturan kaku, tapi pedoman sederhana agar ruang online tetap nyaman, aman, dan manusiawi. Jadilah pengguna internet yang ramah, menghargai privasi orang lain, dan tidak mudah tersulut emosi. Bagaimanapun, di balik semua akun itu, tetap ada manusia yang punya perasaan.

    Sumber Referensi
    • Panduan Literasi Digital Kominfo & Siberkreasi (2022–2024).
    • UNESCO, Digital Citizenship & Online Behaviour Guidelines (2023).
    • Laporan Digital 2024 – We Are Social & Meltwater.
    • Penelitian Suler (2004, 2020) tentang Online Disinhibition Effect.
    • Studi Stanford History Education Group tentang perilaku online masyarakat (2020–2023).




    Berikan Komentar

    Silakan tulis komentar dalam formulir berikut ini (Gunakan bahasa yang santun). Komentar akan ditampilkan setelah disetujui oleh Admin