Sopan Santun Digital: Etika yang Sering Diabaikan di Internet
Di tengah aktivitas yang semakin berpindah ke ruang digital—mulai dari kerja, belajar, belanja, sampai hiburan—kita sering lupa bahwa internet juga punya aturan tidak tertulis. Kita mungkin sudah terbiasa dengan etika di dunia nyata, seperti antre, mengetuk pintu, atau berbicara sopan. Namun, ketika berpindah ke layar, banyak orang merasa bebas melakukan apa saja tanpa memikirkan efeknya. Padahal, perilaku digital yang baik bukan cuma soal “keren” atau tidak—tapi soal kenyamanan bersama, keamanan, dan bagaimana kita menjaga reputasi diri sendiri.
- upload foto teman tanpa izin,
- screenshot obrolan lalu sebar ke grup lain,
- meminta data pribadi tanpa jelas kegunaannya,
masuk grup baru langsung promosi jualan.
Ingat, hal yang “kelihatannya kecil” bisa berdampak besar. Privasi digital itu hak, dan sopan santun berarti menghormatinya.
4. Jangan Jadi Ahli Segala Hal
- HURUF KAPITAL = dianggap marah,
- titik tiga… = dianggap sinis,
- emoji salah tempat 😏 = bisa menyinggung,
- balasan singkat “ok.” = bisa bikin salah paham.
Kalau ragu, gunakan bahasa yang netral. Lebih jelas, lebih aman, lebih minim drama.
6. Berdebat dengan Sehat
Tidak apa-apa berbeda pendapat. Yang jadi masalah adalah ketika perbedaan berubah menjadi ejek-ejekan, serang pribadi, atau saling menjatuhkan. Internet bukan ajang duel mental. Kalau mulai emosi, istirahat sebentar, tarik napas, atau tutup aplikasinya. Terkadang, tidak menanggapi itu juga bentuk kedewasaan.
7. Stop Spam — Serius, Stop!
Spam itu bukan hanya tidak sopan, tapi juga mengganggu.
Contoh:
- kirim stiker bertubi-tubi dalam grup kerja,
- broadcast permintaan vote, link, atau promosi ke 10 grup,
- forward video panjang tanpa konteks.
Bijaklah memilih apa yang perlu dibagikan dan kepada siapa. Ruang digital akan terasa lebih nyaman kalau semua orang sadar hal ini.
8. Jaga Kebersihan Jejak Digital
Jejak digital itu tidak hilang begitu saja. Komentar lama, unggahan penuh emosi, atau postingan yang “sekadar bercanda” bisa muncul lagi bertahun-tahun kemudian. Sopan santun digital juga soal menjaga diri sendiri.
9. Kenali Batasan Emosi di Dunia Online
Kadang orang melempar komentar kasar karena merasa “tidak terlihat”. Inilah fenomena disinhibition effect—seseorang cenderung lebih berani berkata tidak sopan ketika merasa aman di balik layar. Menyadari efek ini membantu kita tetap mengontrol diri dan tidak jadi bagian dari toxic behavior online.
Penutup
- Panduan Literasi Digital Kominfo & Siberkreasi (2022–2024).
- UNESCO, Digital Citizenship & Online Behaviour Guidelines (2023).
- Laporan Digital 2024 – We Are Social & Meltwater.
- Penelitian Suler (2004, 2020) tentang Online Disinhibition Effect.
- Studi Stanford History Education Group tentang perilaku online masyarakat (2020–2023).
Berikan Komentar